Friday, 13 September 2013

Gagasan dan Alur

Hai, hai, hallo. Lama tak berjumpa di Jumat bahasa ya, sahabat? Langsung saja, kali ini kita akan membahas soal gagasan dalam cerita. Segala hal yang berjalan dengan baik biasanya dimulai dengan gagasan yang baik. Bisnis, pekerjaan, seni, pembangunan, bahkan menulis. Gagasan adalah gambaran secara utuh yang menjadikan sesuatu yang belum ada menjadi tampak nyata. Cerita yang kita buat membutuhkan gagasan sebagai fondasi dasar dan arah tujuan cerita.

Seperti apa gagasan yang melandasi sebuah cerita yang layak? Banyak yang berpikir gagasan yang besar akan menghasilkan karya yang besar. Maka dicarilah gagasan-gagasan yang terdengar gagah dan mentereng. Penulis pun kemudian berusaha menciptakan tokoh-tokoh cerita mereka berkaraterisasi sempurna dan mulia, namun cerita-cerita mereka limbung karena keberatan gagasan tapi miskin dalam alur penceritaan.

Gagasan tidak harus besar. Gagasan sederhana justru adalah gagasan yang mendorong sebuah karya sastra menjadi indah. Yang tampaknya tak berkaitan terkadang dapat dihubungkan. Gagasan memang menjadi pemicu sebuah karya sastra. Tentu, sastra adalah karya seni yang memiliki denyut napasnya sendiri. Karena seni adalah proses maka sudah seharusnya cerita yang terlahir dari rahim penulis memiliki peran elaborasi yang gemulai dengan gagasan. Misalnya begini. Cerita selayaknya memiliki susunan cerita yang yang bergerak dari awal sampai akhir. Kalau di tengah-tengahnya disusupi paragraf-paragraf yang “kelihatannya berada di dalam cerita tapi sebenarnya hanya tempelan”, maka cerita itu sudah dibajak dengan kepentingan di luar teks sastrawi. Memang sangat sulit memilah antara mana cerita yang memiliki takaran pas antara gagasan dan estetika alur cerita. Salah satunya, "karakter" atau "tokoh" cerita memainkan peranan penting dalam mengusung rekonsruksi alur cerita dan menciptakan bayangan imajiner.

Menikmati cerita yang memiliki bobot alur cerita yang sejalan dengan kelenturan gagasan menjanjikan keasyikan tersendiri. Cerita yang secara sadar mengusung gagasan tanpa keberhasilan mengukur dan merancang alur cerita akan menjadikan sepotong cerita yang garing dan usang. Cerita itu berubah menjadi spanduk, selebaran, pamflet, iklan, siaran, dan berita yang isinya penuh dengan hamburan kata-kata kosong hapalan luar kepala.

Demikianlah bagaimana gagasan dan alur cerita berkawinan menjadi satu teks sastrawi yang mencerahkan. Mari kita belajar kembali menakar gagasan yang kita punya untuk kemudian dikaitkan dengan alur cerita yang akan kita buat. Sulit? Sudah pasti. Tapi bukankah menulis adalah seni, dan seni adalah proses? Dengan semakin banyak berlatih, niscaya kita akan menciptakan cerita yang enak dibaca. Selamat menulis.

1 comment:

  1. thanks artikelnya bermanfaat sekali untuk yang ingin belajar menulis seperti saya

    ReplyDelete