Tuesday, 2 July 2013

Review Buku: Dunia di Dalam Mata

Oleh: Carolina Ratri


Judul: Dunia di Dalam Mata - Kumpulan Cerpen dan Fiksimini
Penulis: Clara Ng, Agus Noor, Aan Mansyur, Anggun Prameswari dkk
Editor: Khrisna Pabichara
Pemindai Aksara: Reni S. Umbara
Desain Sampul dan ilustrasi: Ellena Ekarahendy
Penata Letak: Fitria Agustina
Jumlah halaman: x + 282 halaman

Sudah tahu @fiksimini kan? Kalau belum, silakan cek saja ke Twitter dengan memasukkan ID tersebut. Coba simak kalimat berikut:

Ada dua? Tuhan berdoa. ~@sisogi
Empat kata, namun memantik imajinasi dan kaya penafsiran. Begitu pula semua karya yang ada di buku ini. Tak hanya koleksi puluhan (atau ratusan?) fiksimini, tapi juga 22 karya cerpen yang terkumpul dalam buku ini, semuanya tidak ada yang biasa-biasa saja. Coba simak penggalan berikut:

Aku sangat yakin bahwa pada kehidupan yang lampau, aku adalah seorang ksatria tangguh yang banyak dipuja para dewi. Tapi, karena kesalahan yang telah kuperbuat, aku dikutuk dan dikirim pada kehidupan sekarang dan merasakan bagaimana penderitaan. Sayangnya, aku tak ingat apa kesalahan itu. Aku pernah mengira-ngira, mungkin kesalahanku ketika itu adalah bercinta dengan salah satu dewi penujaku. ~ Sumbing. Nadia Sarah Adzani.
 Atau yang ini:
Apakah kau pernah bertemu peri bermata biru? Peri tampan dengan mata bulat biru langit? Saking birunya sampai kau bisa melihat seluruh semesta tiap kali menatap matanya? Bila iya, maka kuperingatkan, jangan sampai kau jatuh cinta padanya. Karena peri itu sanggup membunuhmu, pelan-pelan, menyakitkan. ~ Peri Bermata Biru. Anggun Prameswari.
 Oh ya, dari kalimat-kalimat pertama saja saya sudah membayangkan yang tidak-tidak. Dan ketika saya sudah sampai di akhir cerita, tak ada kata lain yang bisa saya ucapkan selain "SIALAN!" :))))))

Setelah selesai menggumuli cerita-cerita pendek, siap-siap juga melenguh disuguhi cerita-cerita super mini dari Agus Noor. Yang semacam ini:
Bocah itu iba pada adiknya yang bertahun-tahun sakit terbaring dengan kepala yang dari hari ke hari makin membengkak. "Seperti ada ribuan ulat berbiak di kepalaku," erang adiknya. Suatu hari bocah itu melihat ibunya membelah apel, dan ada ulat di dalamnya. Tengah malam, diam-diam, dia mengambil pisau. Kini ia tahu bagaimana menolong adiknya. ~ Ular dalam Kepala. Agus Noor.
Dan coba simak fiksimini dengan jumlah karakter di bawah 140 berikut ini:
CIUMAN MAUT. Seekor rubah keluar dari mulut suamiku, terengah-engah. ~@sawitridwiana
MABUK DARAT. "Baru naik sekali ya?" Aku mengangguk pucat. Keranda terus berguncang. ~@sigit_rhj
LUKISAN KELUARGA. Ada aku, ayah dan ibu. "Kenapa ada tanda tanya di wajah ibumu?" tanya Bu Guru. "Masih calon, Bu." ~@candraabuana
WANGSIT. Bola matanya mulai redup. Aku bersiap menyusup. Semoga dia percaya mimpinya kali ini bukan kebetulan. ~@rizkymfachran
PERTEMUAN 3.0. "Pakai apa kamu ke sini?" "Modem terbaru." ~@wxra
Tak ada rumusan khusus sebenarnya, karya seperti apa yang layak di-retweet akun @fiksimini. Namun dalam buku ini, Agus Noor  sempat merumuskan dalam bentuk diktum fiksimini:
  • Cerita yang menohok, seperti satu pukulan tinju yang telak.
  • Cerita yang berkelebat seperti bayangan, yang terus menempel di benak pembaca.
  • Cerita dengan seminim mungkin kata, namun menggambarkan dunia seluas-luasnya.
Jika ingin membeli buku ini, sepertinya sudah ada di toko buku, tapi susah dapetinnya, bisa mention saja @katabergerak di twitter. Seperti saya kemaren, langsung pesan saja pada mereka.

Empat dari lima bintang untuk buku ini.

3 comments:

  1. Aku jd kepengen bacaaaaa

    ReplyDelete
  2. MABUK DARAT. "Baru naik sekali ya?" Aku mengangguk pucat. Keranda terus berguncang. ~@sigit_rhj

    --- ini punyaku.... yayaya

    ReplyDelete
  3. kalau mau beli online dimana? please kasih info...

    ReplyDelete