Thursday, 23 May 2013

Quiz: Kisah dari Jalanan - Sang Pemenang


Pemenang Utama 

Pemenang Hiburan

                                     
Kisah dari Jalanan

Menulis cerita kilat atau yang lebih populer dengan istilah flash fiction memang bukanlah perkara mudah. Keterbatasan ruang bertutur menyebabkan struktur cerita harus dipadatkan dengan sedemikian rupa sehingga tak ada yang terlewat, plus, masih dapat berterima dengan logika berpikir. Pada umumnya, 31 cerita kilat yang saya baca di sini dapat dikatakan memiliki ide-ide yang cukup segar. Latar “jalanan” yang diusung melahirkan cerita-cerita dengan tema bervariatif. Mulai dari cinta, kekecewaan pada hidup, sampai kisah sederhana dari keseharian. Namun, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, lemahnya struktur kisahan membuat beberapa karya tamat tanpa terasa adanya tanjakan konflik. Pilihan-pilihan kalimat yang mencoba menjabarkan penokohan tidak kuat terasa. Di samping itu, pola alur cenderung hanya berada di satu kisahan waktu yang singkat membuat greget masalah yang hendak diutarakan tak terasa luar biasa.

Meski demikian, tentu saja, saya tidak bisa mengatakan bahwa karya yang telah dibuat oleh kawan-kawan buruk. Walau sebagian masih memiliki beberapa kelemahan esensial, ekplorasi terhadap latar “jalanan” mau tak mau harus saya berikan dua acungan jempol. Sayang sekali, saya harus memilih tiga terbaik di antara karya kawan-kawan. Bukan hal mudah, tetapi dengan memerhatikan kekuatan unsur-unsur penting dalam cerita, pilihan saya jatuh pada karya @melcorner (Suicide), Ajen Angelina (Lima Belas Tahun), dan Nurin Ainitikmalia (Macet).

@melcorner berkisah mengenai seseorang yang memutuskan untuk bunuh diri dikarenakan tak tahu lagi harus melakukan apa dalam hidupnya. Bapaknya sakit dan membutuhkan biaya jutaan untuk pengobatan, ibunya telah renta. Dalam gamang, tokoh yang tengah galau ini akhirnya menarik keputusannya untuk bunuh diri. Sayang, ketika hendak turun dari jembatan, sebuah klakson dan teriakan pengendara mobil justru mengagetkannya dan membuat ia terjatuh.

Adapun Ajen Angelina mengangkat latar belakang historis yang cukup membuat darah berdesir. Memori pembaca ditarik pada kisah huru-hara tahun 1998. Sang tokoh dalam cerita karyanya adalah korban perkosaan pada huru-hara tersebut. Lima belas tahun kemudian, dalam kehangatan, ia rayakan ulang tahun anaknya. Anak yang lahir dari perkosaan yang dialaminya. Dalam kebahagiaan itu, telah ia maafkan bangsanya dan juga ayah dari anaknya. Sungguh penjabaran tentang cinta yang sangat mengharu biru.

Terakhir adalah karya Nurin Ainitikmalia. Berbeda dengan dua penulis sebelumnya yang berkisah dengan cukup serius. Aura komedi justru terasa pada karya Nurin. Jika dapat dikategorikan, karya Nurin masuk ke dalam genre tragic-comedy. Kelucuan yang sarkas. Menertawai kepiluan yang ada di antara padatnya manusia di tengah kemacetan jalan. Kisah yang diangkat sederhana, mengungkapkan ragam aktivitas manusia di jalanan ibukota. Percakapan demi percakapan mengalir. Mulai dari seorang supir bus, penumpang angkot, pemilik mobil mewah, mahasiswa, sampai penjaja koran. Ketika kemacetan dikutuk oleh semua orang, justru bocah penjaja koran bersorak gembira. Macet membuat kesempatan mereka untuk mengais rejeki semakin besar.

Pertanyaan mendasar lalu hadir. Mengapa harus tiga karya ini? Jawabannya sangat sederhana. Ketiganya mampu mengungkap konflik dengan baik dan terlihat wajar tanpa terlihat adanya pemaksaan. Jabaran konflik yang mereka miliki tersusun rapi berdasarkan alur dan penjelasan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Bahkan, dua cerita (Lima Belas Tahun dan Macet) dengan sangat gemilang berhasil mengangkat latar “jalanan” sebagai kekuatan cerita. Akhirnya, setelah pergulatan cukup panjang dan cukup mengerutkan dahi, saya memilih Lima Belas Tahun karya Ajen Angelina sebagai karya terbaik. Kekuatan tutur kalimatnya yang mampu membuat pembaca seperti berada langsung di latar “jalanan” yang dikisahkannya serta bagaimana ujung konflik yang berakhir dengan cukup dramatis membuat karya yang satu ini memang layak menjadi pemenang. Selain itu, Lima Belas Tahun berhasil pula menerjemahkan poin penting dari bersastra: Dulce et Utile, karya sastra yang memberi hiburan (menarik untuk dibaca) dan juga memberi kegunaan (mendidik) kepada para pembacanya. Selamat untuk para pemenang dan jangan pernah berhenti berkarya bagi kawan-kawan yang telah mengirimkan karyanya. Mari menulis!

(Nugraha Sugiarta. Bandung, 20 Mei 2013)


Catatan Admin Monday FlashFiction

SELAMAT KEPADA PARA PEMENANG!!! *tebar-tebar confetti* Sebenernya kalo hadiahnya banyak, semuanya akan kita kasih hadiah, karena... hey, look what we have learned so far, guys! Masih ingat Prompt pertama kita? :))) Coba bandingkan dengan yang terakhir kita nulis.

Kita semua adalah pemenang. Semangat dan keinginan belajar yang luar biasa sudah menjadi jiwa kita di Monday FlashFiction. Semoga ga akan pernah pudar ya... AMIN!

Untuk para pemenang:
Ajen Angelina, silakan inbox Mpok Istiadzah dengan memberikan data diri untuk pengiriman hadiah yaitu nama, alamat, dan nomor hape.
Pemenang hiburan, Mbak Mel Puspita dan Mbak Nurin, ditunggu inboxnya ke Carra dengan menyebutkan nomor hape yang ingin diperpanjang aplikasi WhatsApp nya.
Ditunggu semua ya.... ^___^

Selamat, guys! Ga cuma untuk para pemenang, tapi untuk kita semua! Sampai jumpa di Quiz bulan depan!
     

6 comments:

  1. yeahh.plok2 dari sini..selamat u pemenang :D

    ReplyDelete
  2. Wow, selamat buat Ajen, Mel dan Nurin, emang keren tulisannya :)

    ReplyDelete
  3. selamat untuk pemenang...
    sayangnya saya member baru, jadi ga ikutan quiznya.... mudah2n bulan depan akan lebih meriah lagi ya mba... :)

    ReplyDelete
  4. selamat buat smuanya :D
    tabur kembang...

    ReplyDelete
  5. Selamat untuk semua pemenang

    ReplyDelete
  6. wah ketinggalan, selamat semua :)

    ReplyDelete