Friday, 24 May 2013

Paragraf


Hulla! Jumat belajar datang lagi, sahabat. Ga kerasa aja, ya? Oke, kali ini kita akan membahas tentang paragraf. Paragraf merupakan salah satu bagian terpenting dalam tulisan yang kita buat. Betapa tidak, tulisan kita ditulis dalam bentuk paragraf kan? Tapi sebenarnya apa sih paragraf itu sendiri? Terus dibaca, ya!

Paragraf menurut KBBI jilid III, yaitu pa·ra·graf n bagian bab dl suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dng garis baru); alinea.

Fungsi sebuah paragraf ada beberapa, yakni: memudahkan pemahaman jalan pikiran/ide pokok pengarang, memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis, serta mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang dan memahaminya.

Bila kita bicara tentah kualitas suatu paragraf, maka mau tak mau kita dihadapkan kepada seperangkat syarat-syarat paragraf yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar paragraf termasuk kategori baik (untuk kali ini kita fokuskan pada tulisan fiksi, misalnya flashfiction), di antaranya:

1. Isi Paragraf
Isi paragraf harus jelas dan terperinci serta hanya membahas satu hal saja. Apalagi dalam sebuah flashfiction yang menuntut cerita dituntaskan secara cepat. Isi paragraf yang ganda akan mengurangi kejelasan informasi/cerita yang hendak kita sampaikan. Paragraf pun akan menjadi lebih panjang sebab kalimat pengembangnya pun harus berlipat dua. Pikiran dan perhatian pembaca juga akan bercabang akan terhadap dua hal dalam satu paragraf.

2. Relevansi Paragraf
Relevan berarti bersangkut-paut. Maksudnya, paragraf sebagai bagian terkecil dari suatu karangan/tulisan, isinya harus saling terkait dan menunjang isi paragaraf. Misalnya, apabila flashfiction kita mengangkat tema konde, jangan sampai tulisan kita melenceng dari konde tersebut. Flashfiction kita akan terasa bolong dan kening pembaca akan berkerut saat membacanya. 

3. Koherensi dan Unitas
Hubungan antarkalimat dalam paragraf harus berkaitan erat satu sama lain. Gunakan kata penghubung antarkata maupun antarkalimat untuk membuat flashfiction kita padu dan bulat/unity. Jangan biarkan terselip kalimat yang tidak ada hubungannya dengan isi paragraf. 

4. Pengembangan Kalimat Topik
Paragraf dianggap rampung apabila kalimat topik dikembangkan dengan baik. Sebagai contoh, dalam beberapa tantangan menulis flashfiction yang sering kita terima, ada prompt berupa kalimat yang mesti kita kembangkan. Prompt tersebut hendaknya kita kembangkan dengan baik dengan memanfaatkan koherensi serta relevansi antarkalimat. 

5. Variasi Paragraf
Paragraf harus bervariasi dalam panjang, struktur, dan cara penguraian. Terkadang, ada paragraf yang mesti kita sajikan dalam bentuk kalimat panjang dan lengkap. Namun, ada pula yang mesti disajikan dalam kalimat pendek. Contohnya dialog-dialog singkat dalam flashfiction. Variasi yang kita lakukan dalam flashfiction kita, akan membuat mengurangi kebosanan pembaca.

6. Bahasa Paragraf
Salah satu syarat paragraf yang baik ialah apabila paragraf itu tertulis dalam bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik ialah bahasa yang tidak melanggar kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh masyarakat pemakai bahasa. Sedangkan, bahasa yang benar. adalah bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. 

Aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan penggunaannya dalam penyusunan paragraf secara umum di antaranya:
          - Penulisan huruf: huruf besar dan huruf miring
          - Penulisan kata:  kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, partikel, angka dan bilangan.
          - Penulisan unsur serapan: dari bahasa asing yang sepenuhnya disesuaikan dengan bahasa Indonesia dan sebagian lagi yangbelum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia.
          - Tanda baca
          - Pembentukan kata: afiksasi, kelompok kata, dan kata berulang.
          - Penyusunan kalimat: dari segi bentuk maupun segi ragam.

Berdasarkan hal di atas, maka sudah sepantasnyalah penulis mempertimbangkan faktor kebahasaan, antara lain:

a. Kalimat Efektif
Suatu kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut memaparkan ide persis seperti yang dimaksud oleh pengarang. Pengecualian dalam menulis puisi, maka pengarang tak perlu memerhatikan kalimat efektif. 

b. Makna Ganda
Apabila keefektifan dipandang dari segi pengarang, makna ganda dipandang dari sudut pembaca. Maknda ganda terjadi karena pemakaian struktur kalimat yang ditafsirkan bermacam-macam. Dengan meminimalkan terjadinya makna ganda pada tulisan/flashfiction yang kita buat, maka pembaca akan mudah mengerti dan memahami inti cerita yang kita buat. 

c. Kesederhanaan
Sederhana bukan berarti kurang, tetapi memenuhi semua persyatan dengan elemen yang tidak berlebihan. Dengan kata lain, kalimat yang sederhana ialah kalimat yang memenuhi semua persyaratan kalimat, baik dalam struktur, pilihan, penempatan kata, maupun intonasi.
Kalimat yang sederhana akan lebih mudah ditangkap isinya dibanding kalimat yang berlebih-lebihan. Apalagi dalam sebuah flashfiction, batasan jumlah kata akan memaksa kita menulis dengan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami.

d. Kesopanan
Dalam menulis fiksi, kita diperbolehkan menggunakan kata-kata yang berkonotasi negatif apabila penulis bermaksud memberikan efek tertentu pada tulisan yang ia buat. Misalnya, kata bunting lebih tepat digunakan dan menimbulkan efek tertentu apabila flashfiction yang kita buat berlatar belakang terminal atau lingkungan yang kasar.

e. Menarik
Untuk mengurangi kejemuan pembaca, maka pengarang harus membuat bahasa atau kalimat yang bervariasi baik dalam susunan kata, diksi (pilihan kata), gaya bahasa, maupun susunan kalimat dan intonasi. Perlu diingat, variasi yang berlebihan akan memuakkan pembaca. 

Wah, sudah lumayan panjang juga materi kita kali ini. Gimana, sudah bisa dipahami hal-hal yang akan menjadikan flashfiction kita menarik? Belum juga? Nah, kalau begitu saya akan paparkan jurus terakhir, yaitu L-A-T-I-H-A-N. Yup, latihan, latihan, dan latihanlah yang akan membuat kita terbiasa menulis dengan baik. Baik itu flashfiction maupun tulisan dengan jenis lain. Ditunjang dengan banyak-banyak membaca tentunya, agar bahan tulisan kita lebih bervariasi. 

Wokeh, sekian saja ya sahabat. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya. Bye-bye.

2 comments:

  1. ini serius. saya masih awam sering asal2an membuat paragraf. faktor spontanitas. Ah nanti saya baca lagi. blm paham betul. Atau mungkin saya yg Lola maksimal. hehe Terimakasih ilmunya ;)

    ReplyDelete
  2. Saya suka dengan pembahasan seperti ini dapat dijadikan sarana pencerdasan bangsa

    ReplyDelete